Konsep pemasaran wisata yang terpadu menuntut pengelolaan lebih serius oleh pihak-pihak yang berwenang. Wisata di wilayah Yogyakarta yang sudah semakin diminati harus terus dikembangkan. Wisatawan telah memiliki kepercayaan, bahwa Yogyakarta memang layak dijadikan destinasi wisata karena kenyamanan dan keamanan yang tersedia. Hal ini merupakan langkah awal yang baik dalam melakukan komunikasi pemasaran untuk mempromosikan Yogyakarta.
Kepercayaan wisatawan nasional dan internasional itu dapat diamati dari penuhnya jalan-jalan di pusat kota sewaktu liburan. Kemacetan lalu lintas akibat penuhnya sarana transportasi bernomor luar kota ini adalah tanda bahwa Yogyakarta diminati. Di sisi lain, kemacetan lalu lintas ini juga menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah supaya tidak menjadi promosi yang negatif. Menjamurnya hotel-hotel di kota ini juga menjadi indikator bahwa pelaku bisnis melihat pertumbuhan kunjungan ke Yogyakarta. Namun hal ini juga harus tetap diatur dengan bijaksana supaya persaingan dunia perhotelan tetap sehat dan kondusif.
Kunjungan ke Keraton Yogyakarta dapat menembus angka 5000 wisatawan saat musim liburan. Jalan Malioboro yang banyak disebut sebagai jantung wisata Yogyakarta juga penuh oleh wisatawan nasional dan internasional. Di pinggiran Yogyakarta, wilayah pantai juga semakin diminati wisatawan. Pada liburan tahun baru ini, mobil-mobil wisatawan terpaksa antri sepanjang 8 kilometer untuk memasuki salah satu pantai di wilayah Gunung Kidul.
Kepercayaan wisatawan terhadap kenyamanan Yogyakarta telah kita dapatkan. Namun satu hal yang harus kita jawab adalah apakah seluruh destinasi wisata di Yogyakarta sudah mendapat kepercayaan untuk dikunjungi. Dari berbagai jenis wisata di Yogyakarta, kita dapat menyebutkan ada lebih dari 80 tujuan wisata. Apakah wisatawan sudah mengenalnya? Apakah pihak pemerintah sudah mempromosikannya dengan cara yang terpadu?
Mungkin para wisatawan baru mengunjungi Malioboro, Keraton Yogyakarta, candi Prambanan, candi Borobudur, dan pantai yang terkenal selama di Yogyakarta. Apakah wisatawan asing menginap cukup lama selama di Yogyakarta? Inilah tantangan yang menjadi pekerjaan rumah kita semua.
Komunikasi pemasaran terpadu dapat diawali dengan merangkul agen-agen wisata yang mengelola paket-paket wisata. Pengenalan wisata khas Yogyakarta harus dikembangkan dengan serius. Masyarakat harus dilibatkan. Masyarakat dapat dilibatkan. Paket kampung wisata, misalnya, masih sangat berpeluang untuk memeratakan industri wisata. Pola pengembangan wisata seperti ini dapat mengurai kesesakan wisatawan di pusat kota.
Destinasi wisata personal (kelompok kecil) merupakan tujuan wisata yang dapat dikembangkan dengan melibatkan masyarakat. Wisatawan dapat menggunakan motor roda dua atau mobil berpenumpang 4 sampai 7 untuk mencapai wilayah ini. Sebut saja kebun teh di wilayah Samigaluh atau air terjun Sidoharjo di Kulon Progo dengan ketinggian 75 meter. Dua destinasi wisata personal ini mulai ramai dikunjungi wisatawan. Kita akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan dengan udara yang sungguh-sungguh menyegarkan. Air terjun Sidoharjo menyuguhkan suara alam yang mempesona. Suasana itu tidak dapat kita nikmati di daerah/ destinasi wisata massal yang terjangkau dengan kendaraan besar.
Kita masih dapat menyebutkan banyak destinasi wisata personal lain yang mulai ramai dikunjungi wisatawan akhir-akhir ini. Tentu saja kita patut bertanya mengapa daerah tujuan wisata ini baru ramai dikunjungi sekarang ini. Kita mungkin dapat memberi jawaban karena tujuan wisata yang potensial ini belum dikenal luas. Rasa terima kasih dapat kita berikan kepada media sosial. Gambar-gambar hasil pemotretan para wisatawan yang diunggah melalui media sosial memberi peran yang cukup besar dalam mempromosikan destinasi wisata personal tersebut. Sharing foto dokumentasi mereka sedikit banyak merangsang keingintahuan kita yang melihatnya.
Hasil karya fotografi yang merupakan sarana komunikasi non-verbal ini telah berbicara banyak. Kita juga patut mengapresiasi kamera pocket maupun handphone dengan resolusi tinggi. Dari alat elektronik tersebut dapat ditampilkan gambar yang seindah aslinya. Kita tentunya dapat berandai-andai, bagaimana jika para fotograger profesional dilibatkan untuk mengeksplorasi destinasi wisata personal itu dan diunggah ke media sosial. Tentu saja promosi dengan cara ini akan lebih efektif untuk meningkatkan ketertarikan wisatawan terhadap destinasi wisata personal yang menunggu dikunjungi.
Hasil jepretan komunitas fotografer ke berbagai daerah kunjungan wisata itu tentu akan menguntungkan pengelolaan pariwisata. Destinasi wisata tersebut akan lebih banyak dilihat masyarakat regional maupun internasional melalui dunia maya internet. Optimalisasi cara ini dapat dilakukan dengan mengadakan lomba pemotretan di daerah/ destinasi wisata personal. Pemerintah dapat melibatkan komunitas fotografer supaya kegiatan ini dapat mengeksplorasi obyek wisata tersebut dengan terpadu. Eksplorasi yang tepat dapat menampilkan sisi yang menarik dari suatu daerah tujuan wisata dari sisi seni, keindahan, dan promosi.
Ekspolorasi detil terhadap destinasi wisata penting dilakukan. Namun eksplorasi sudut pandang keseluruhan juga harus ditampilkan. Kedua jenis eksplorasi ini dimaksudkan untuk memberi gambaran yang komplit tentang destinasi wisata tersebut. Pemaparan melalui sarana komunikasi non-verbal ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lengkap mengenai suatu daerah kunjungan wisata untuk membangkitkan rasa ingin tahu wisatawan untuk mengunjunginya.
Promosi dengan melibatkan komunitas fotografer ini juga dapat dimaksimalkan dengan menggandeng agen-agen wisata dari berbagai negara. Pemerintah dapat mengundang mereka untuk langsung mengunjungi beberapa destinasi wisata personal dan memberikan kumpulan foto hasil bidikan anggota komunitas fotografer. Kita harapkan mereka akan menjadi duta-duta wisata kepada masyarakat di negara mereka.
Tidak hanya berhenti di situ, pemerintah harus terus memperbaiki sarana dan pra-sarana yang mendukung kemudahan akses menuju destinasi wisata personal tersebut. Pelatihan terhadap masyarakat harus dilakukan secara berkala. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan sense of belonging dan sense of developing terhadap destinasi wisata personal di wilayah mereka.
Pelibatan komunitas fotografer profesional dalam mengeksplorasi destinasi wisata ini juga harus terus dikembangkan untuk destinasi wisata massal. Wisata pantai yang semakin diminati harus dapat didokumentasikan dengan baik. Komunitas fotografer diharapkan dapat merekam sisi yang menarik dari pantai-pantai yang kita miliki. Pemanfaatan teknologi drone photography bahkan dapat dimanfaatan untuk pemotretan dari sisi yang lebih leluasa karena kemampuan kinetiknya (terbang, merayap, berjalan, melompat). Pemerintah, bahkan, juga harus terus merangkul komunitas ini untuk mengeksplorasi jenis-jenis wisata lain yang ada di Yogyakarta. Kita dapat menyebutkan wisata seni dan budaya, wisata alam dan outdoor, wisata cagar budaya, wisata napak tilas, wisata untuk anak yang mencakup kebun binatang dan juga Taman Pintar.
Terobosan-terobosan di atas harus didukung oleh aktivitas periklanan yang mengkomunikasikan pesan yang sama. Media cetak, media elektronik, dan media luar ruang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran wisatawan akan pengembangan pariwisata di Yogyakarta. Tentu saja pelibatan event organizer untuk mengelola event-event di berbagai destinasi wisata diharapkan juga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Yogyakarta. Majulah wisata di Yogyakarta.
Yulius Pribadi – Pengajar Prodi Public Relations, ASMI Santa Maria Yogyakarta